--

Ada gerilya yang ingin menyapa, tentang tenggelamnya suratan ayat hikayat aksara lama.
Mungkin semakin di kongesti.
Tepat rungkat di titik kordinat khatulistiwa.
Mengisyarat nasehat turunan ilmu masa.
Digerundungi rungkaian, hilangnya amanat falsafah ilmu tetua.
Sudah tersurut turunnya pijakan akan bahasa.
Label konsonan yang hampa juga begitu sulit bisa kalian cerna.
Apa perlukah di cerca?
Agar kau paham mana seru dan tanda tanya?
Di fatamorgana katak dalam tempurung.
Akan malasnya akal yang kalap ditutup mendung.
Sajam kebodohan takkan ubah merungkut sajak.
Mari sedikit berefleksi, di birunya langit sudut barat bumi pertiwi.
Disana masa diri ini memijak kaki.
Dikelutan hijau paru paru bumi, yang terdengar sebuah fiksi dimasa kini.
Hanya akan tinggal bukti sebuah cerita.
Betapa gemuruhnya geraman rima sang raja rimba.
Betapa beningnya uraian sungai di cerna dahaga.
Dan betapa merekapnya tatanan ahklak ke intiman budaya.
Yang kini ditembak mati pengkerangkengan.
Dikeruhkan ratusan besi tua demi kilauan serakah bernyawa permata.
Dan hilang penerus tentang kajian suci ayat-ayat adat.
Semua akan di anggap rungkaian mitos berikat kenang, sebaya syair ini tinta putih diatas hitam, jika tak jua dalami arti khatam berseru iman.
Rynaldy Yz.
Batam, 7 Oktober 2023.